Pph 21 merupakan pajak penghasilan yang harus dipotong oleh pemberi kerja kepada karyawan atas penghasilan yang diterima. Penghitungan Pph 21 sangat penting untuk memastikan pemenuhan kewajiban perpajakan yang benar. Berikut adalah langkah-langkah cara menghitung Pph 21:
Daftar Isi
- 1. Menghitung Penghasilan Bruto
- 2. Menghitung Penghasilan Netto
- 3. Menentukan Besaran Pph 21
- 4. Menghitung Pph 21 yang Harus Dipotong
- 5. Contoh Perhitungan Pph 21
- 6. Pentingnya Mencatat dan Melaporkan Pph 21
Setelah menghitung Pph 21 yang harus dipotong, pihak pemberi kerja harus mencatat dan melaporkan Pph 21 tersebut sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku. Kewajiban ini sangat penting untuk memastikan kepatuhan perusahaan dalam membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 7. Penyesuaian Pph 21 Setiap Tahun - 8. Konsultasikan dengan Ahli Perpajakan
- 9. Kesimpulan
1. Menghitung Penghasilan Bruto
Penghasilan bruto merupakan total penghasilan yang diterima oleh karyawan sebelum dipotong pajak. Penghasilan bruto dapat berupa gaji pokok, tunjangan, bonus, uang lembur, dan lain-lain. Untuk menghitung penghasilan bruto, jumlahkan semua komponen penghasilan yang diterima oleh karyawan.
2. Menghitung Penghasilan Netto
Penghasilan netto merupakan penghasilan bruto setelah dikurangi potongan-potongan tertentu seperti cuti, iuran pensiun, asuransi kesehatan, dan lain-lain. Penghasilan netto adalah dasar perhitungan Pph 21. Untuk menghitung penghasilan netto, kurangkan potongan-potongan tersebut dari penghasilan bruto.
3. Menentukan Besaran Pph 21
Besaran Pph 21 ditentukan berdasarkan tarif pajak yang berlaku dan penghasilan netto karyawan. Tarif pajak Pph 21 terdiri dari beberapa kelas tarif yang memiliki batas penghasilan tertentu. Jumlah Pph 21 yang harus dipotong akan ditentukan sesuai dengan kelas tarif yang berlaku pada penghasilan netto karyawan.
4. Menghitung Pph 21 yang Harus Dipotong
Setelah menentukan besaran Pph 21 berdasarkan tarif yang berlaku, langkah selanjutnya adalah menghitung Pph 21 yang harus dipotong dari penghasilan netto karyawan. Pph 21 yang harus dipotong merupakan selisih antara penghasilan netto dengan besaran tarif Pph 21.
5. Contoh Perhitungan Pph 21
Berikut adalah contoh perhitungan Pph 21 untuk lebih memahami langkah-langkah di atas:
- Penghasilan bruto karyawan: Rp 10.000.000
- Potongan (cuti, iuran pensiun, asuransi kesehatan): Rp 2.000.000
- Penghasilan netto: Rp 8.000.000
Untuk penghasilan netto sebesar Rp 8.000.000, dengan tarif Pph 21 sebesar 10%, maka Pph 21 yang harus dipotong adalah 10% x Rp 8.000.000 = Rp 800.000.